Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ( TGT ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad Krian Sidoarjo

 



Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ( TGT ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad Krian Sidoarjo

Mochamad Abdullah, S.Pd.

ABSTRAK

Dalam pembelajaran matematika kelas VI MI AL AHMAD Krian hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Dengan kondisi tersebut memotivasi peneliti untuk mencari solusi dengan menerapkan model pembelajaran  Teams Games Tournament (TGT)

Hasil penelitian hasil penelitian Tindakan kelas model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT). dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang meningkat setiap siklus yaitu siklus I dari 27 peserta didik yang tuntas belajar adalah  16 peserta didik atau 59,3 % dan yang belum tuntas belajar adalah 11 peserta didik atau 40,7%.

Kemudian peningkatan pada siklus II dari 27 peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 25 peserta didik atau 92,6 % dan yang belum tuntas belajar adalah 2 peserta didik 7,4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI MI AL AHMAD Krian Sidoarjo

Kata Kunci : Hasil Belajar, Matematika, Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

1.     Latar Belakang Masalah

                 Dalam menjalani proses kehidupan manusia dihadapkan dengan berbagai masalah dan tantangan. Manusia yang berhasil menjalani kehidupannya adalah mereka yang mampu mengatasi masalah dan menyelesaikan tantangan dengan baik, dan bukan manusia yang tunduk dan menyerah dengan masalah yang dihadapinya. Namun, untuk melewati masalah dan tantangan dengan baik dan bijak manusia membutuhkan proses pendidikan.

                 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.[1]
Sesuai dengan undang-undang tersebut proses pembelajaran yang mampu
mengembangkan potensi siswa adalah proses pembelajaran yang berbasis
aktivitas di mana siswa berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
yang diselenggarakan oleh guru.

                 Hal ini juga sejalan dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa, melainkan siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan pengetahuan.[2]

                 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Madrasah Ibtidaiyah AL-AHMAD KRIAN pada guru kelas 6, untuk proses pembelajaran mata pelajaran matematika yaitu materi nilai tempat masih didominasi dengan metode ceramah. Hal ini membuat siswa kurang aktif karena hanya sebagai pendengar saja. Sehingga siswa mudah bosan yang ditandai dengan siswa mulai gaduh atau bicara sendiri dengan teman sebangkunya.[3]

                 Penggunaan metode ceramah tidak dipungkiri harus ada dalam proses pembelajaran. Namun dengan berkembangnya zaman hendaknya perlu mengkombinasikan dengan model-model pembelajaran lain, yang tentunya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.  

                 Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan oleh guru agar aktivitas pembelajaran berjalan menarik, sehingga menumbuhkan gairah atau semangat belajar siswa. Utamanya pada mata pelajaran matematika  yang selama ini dianggap sulit oleh siswa. Hal ini seperti yang terjadi di kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad Krian dari hasil PAS (Penilaian Akhir Semester) ganjil  diketahui dari jumlah 27 siswa kelas 6 yang terdiri 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan hampir 54 % siswa nilainya di bawah KKM yang telah ditetapkan dan 46 % siswa di atas KKM.

                 Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, belum tercapainya KKM hasil belajar siswa kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad disebabkan proses pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa. Metode yang digunakan didominasi dengan metode ceramah. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan hanya berdasarkan sumber pada buku, mendengar penjelasan guru, hafalan dan tanya jawab sehingga menyebabkan siswa merasa bosan akibatnya hasil belajar siswa kurang memuaskan dan mendapat nilai di bawah KKM “78”.

                 Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika. Penelitian tersebut akan diwujudkan dalam suatu penelitian tindakan kelas yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ).

                 Model pembelajaran Teams Games Tournament ( TGT ) adalah salah satu pembelajaran kooperatif dari Johns Hopkins yang dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Teams Games Tournament ( TGT )  merupakan suatu tipe pembelajaran yang menekankan siswa belajar dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 3 sampai 5 orang. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT )  terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), penghargaan kelompok (team recognition).[4]
                 Dalam Teams Games Tournament ( TGT ) siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang sosialnya. Kemudian mengadakan turnament mingguan, dimana siswa memainkan game bersama tiga orang pada “meja-turnamen”. Tim dengan kinerja tertinggi akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau bintang. Diharapkan dengan metode ini siswa dapat melakukan kerjasama yang tinggi dalam kelompok, selain itu siswa akan lebih dapat memahami materi pelajaran matematika, serta siswa juga dapat mengenal karakter satu sama lain. Soal yang dibuat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga akan mengarahkan siswa bahwa matematika bukan hanya ilmu saja tetapi dapat dipelajari dengan bermain yang mengasah kemampuan berpikir siswa. Pemberian pembelajaran matematika yang bermakna kepada siswa dan tidak memisahkan belajar matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari, siswa akan dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari – hari dan tidak cepat lupa.

     Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat
judul penelitan: “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ( TGT ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Al-Ahmad Krian Sidoarjo ”.

2.     Kajian Teori

a.      Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Teams Games Tournament (TGT)

       Model pembelajaran model Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan ras yang berbeda.[5]

       Dalam Teams Games Tournament TGT digunakan turnament akademik, di mana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ) memungkinkan siswa dapat belajar rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.[6]

                   Menurur slavin  pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ) terdiri dari lima langkah tahapan yaitu:

1)       Penyajian class (class precentation)

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau ceramah yang dipimpin oleh guru.

2)       Kelompok ( teams )

Guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok bedasarkan kriteria prestasi, jenis kelamin, etnik/ras. Tiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang.

Dalam kelompok ini siswa bersama-sama mendiskusikan masalah-masalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.

3)       Permainan ( games )

Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang diterima siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Permainan ini biasanya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana yang bernomor.

4)       Pertandingan ( turnament )

Pada pertandingan atau turnament setiap anggota kelompok mewakili kelompoknya untuk bertanding dengan anggota kelompok lain sesuai dengan potensi/ kemampuannya. Untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan nomer pertanyaan yang diperoleh. Anggota kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, akan mendapat nilai untuk kelompoknya.

5)           Penghargaan kelompok ( recognition )

Setelah pertandingan berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menjadi pemenang. Masing-masing kelompok atau tim akan mendapat hadiah atau sertifikat apabila nilai skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika mendapat skor 50 lebih, “Great Team” apabila mendapat skor 50-40 dan “Good Team” apabila mendapat skor 40 ke bawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang mereka buat.

3.     Jenis Penelitian

      Penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk jenis penelitian tinadakan kelas atau dalam istilah inggrisnya Classroom Action Reseach, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada subjek penelitian di kelas tersebut.

            Menurut Mu’alimin secara lebih luas penelitian tindakan kelas diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan bertujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang baik. [7]

            Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsai untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas secara langsung. Dengan kata lain PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

        Dalam penyusunan PTK syarat yang harus dilakukan adalah : [8]

a)     Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran. Menuntut dilakukannya pencermatan terus menerus, objektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.

b)     Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua kali siklus tindakan yang berurutan.

c)     Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

d)     Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang dibuat sebelumnya.

e)     Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

            Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian Partisipan. Menurut Chein dalam PTK partisipan   peneliti harus terlibat langsung dalam penelitian sejak awal sampai hasil penelitian berupa laporan.[9]

            Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas sehingga dapat membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya. Peneliti terlibat langsung dalam proses
penelitian sejak awal mulai dari tahap perencanaan sampai akhir dengan hasil penelitian berupa laporan. Selanjutnya peneliti memantau, mencacat,
mengumpulkan data, lalu menganalisis data, serta berakhir dengan pelaporan hasil penelitian.

4.      Hasil penelitian

Berdasarkan hasil data yang peneliti dapatkan dilapangan dengan melakukan observasi dan wawancara, serta dokumentasi maka gambaran tentang penerapan model tipe Teams Game Tournament dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika di MI Al Ahmad Krian Sidoarjo dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Sebelum dilakukan Tindakan pembelajaran menggunakan pembelajaran TGT, pelajaran matematika lebih banyak menggunakan metode ceramah, tanya jawab, sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini mengakibatkan nilai matematika kelas VI belum memenuhi target, dengan jumlah 27 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Diketahui 17 siswa atau 62,9% mendapatkan nilai dibawah KKM dan sisanya 10 siswa atau 37,1 % mendapatkan nilai mencapai KKM.

Setelah menerapkan model pembelajaran TGT hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan siklus yang terdiri tahap perencanaan, pelaksanaan, Observasi dan Refleksi sebagai berikut :

a.      pada siklus I yang diperoleh hasil rata-rata pra survey 67,36 sedangkan nilai tertinggi 80 dengan nilai terendahnya adalah 58. Setelah Posttest diperoleh rata-rata 80,74 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah adalah 70. Dari data ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari rata-rata presurvey dan posttest. Namun masih belum mencapai nilai ketuntasan belajar 65 %. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I. hanya 16 siswa yang mendapatkan nilai mencapai ketuntasan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pembelajaran dari siklus I ke pembelajaran siklus II.

b.     pada siklus II, yang diperoleh hasil rata-rata siklus I adalah 80,74 dengan nilai tertinggi 92 dan nilai terendah adalah 70. Sedangkan hasil posttest di peroleh dari siklus II rata-rata 81,37 dengan nilai terendah 76 dan nilai tertinggi 87. Dari data ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dengan rata-rata siklus I dan postest. Berdasarkan table dapat dilihat hasil posttest siklus II siswamendapat > 78 mencapai 92.59 % atau sebanyak 25 siswa. Dengan hasil belajar pada siklus II maka peneliti cukup sampai siklus II

5.     Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Tindakan kelas model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT). dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik yang meningkat setiap siklus yaitu siklus I dari 27 peserta didik yang tuntas belajar adalah  16 peserta didik atau 59,3 % dan yang belum tuntas belajar adalah 11 peserta didik atau 40,7%.

Kemudian peningkatan pada siklus II dari 27 peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 25 peserta didik atau 92,6 % dan yang belum tuntas belajar adalah 2 peserta didik 7,4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI MI AL AHMAD Krian Sidoarjo 



[1] Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20, pasal 1 ayat 1, Tahun 2003.

[2] Nurdyaansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inivasi Model Pembelajaran, cet. Ke-1, (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016), hlm.8

[3] Observasi, Kelas I MI AL-AHMAD Krian, pada 20 Januari 2020

[4] Nurdyaansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran, cet. Ke-1, (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016), hlm.78

[5] Nurdyaansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran, cet. Ke-1, (Sidoarjo : Nizamia Learning Center, 2016), hlm.78

[6] Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013, cetakan 1, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.204

[7] Mu’alimin dan Rahmat Arofah Hari Cahyadi, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek, ( Pasuruan : Ganding Pustaka, 2014), hlm. 6.

[8] Ibid., hlm. 8.

[9] Ibid, hlm. 15.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Quizizz pada bidang studi matematika kelas VI MI AL AHMAD